MY CEREBRUM
Jumat, 05 November 2021
Rabu, 14 September 2016
CINTAKU
DI XII IPA-1 SMANSAGA
Anak-anakku kelas XII IPA-1, bersama kalian adalah anugerah terindah buat
ibu. Banyak hal yang bisa ibu pelajari tentang kalian. Keceriaan kalian adalah
sumber kekuatan bagi ibu. Keingintahuan kalian adalah sumber motivasi bagi ibu,
agar ibu mau selalu meningkatkan wawasan keilmuan ibu, agar ibu mau selalu
berfikir tentang fenomena-fenomena yang terjadi di sekeliling kita, lalu
mengkaitkannya dengan ilmu biologi. Ibu paham,nak,ilmu biologi tak serumit ilmu
matematika, tak seindah ilmu bahasa, tak sekaku ilmu kimia, tak seruntut ilmu
sejarah dan tak semenarik ilmu seni budaya. Bahkan mungkin biologi adalah ilmu
termudah di antara ilmu eksakta yang lain, tapi karena ibu terlalu sering
hadir, maka kadang kalian mengharapkan ibu tak hadir dan tak meninggalkan
tugas. Hehehe...itu tak mungkin,nak,karena bagi ibu setiap ada jam mengajar
biologi, adalah amanah yang harus dijalankan, agar waktu kalian tidak terbuang
sia-sia saat jam kosong. Kalian memiliki modal besar yang tak ternilai harganya
: KECERDASAN. Maka ijinkan ibu untuk sedikit mengukir kecerdasan itu, sehingga
kalian dapat menerapkan ilmu biologi kalian dalam kehidupan kini maupun yang
akan datang. Masa SMA itu hanya sesaat, maka ukirlah masa itu dengan kenangan –
kenangan indah yang bermanfaat, agar saat kalian harus bermetamorfosis kelak,
akan ibu dapati kalian laksana kupu-kupu yang selalu memberi kontribusi bagi
alam. Salam biologi.....
==================================================
Arsip lama, saat coba ikut lomba menulis ttg cinta....
Senin, 16 Juni 2014
SAAT IBU MENULIS
Pagi ini tidak begitu cerah. Mendung
bergelayut manja di langit, seperti manjanya Adit yang tengah mencium pipi
kanan kiriku sambil berpamitan hendak ke sekolah. Lain lagi dengan Fia, setelah
mengucapkan kata sakti warisan leluhur : “Bu, mbak Fia mau sekolah, nyuwun
tambah pangestu” dia masih sempat mengajak menyanyikan lagu Cantik-nya Kahitna
dengan bait terakhir : “Sungguh aku sayang kamu...” tak lupa ciuman sayangnya
melayang hangat di pipi kanan kiriku.
Hm...menatap anak-anak pergi sekolah
dengan rasa riang, membuatku menangis. Sungguh, ini adalah anugerah terindah
dari Allah dalam kehidupan kami berdua selama berumahtangga. Melihat mereka
tumbuh dengan sehat, sempurna, mandiri, nurut pada orang tua, menegakkan
nilai-nilai agama. Berada di tengah-tengah kalian adalah suatu kebanggaan
tersendiri buat kami. Maafkan kami ya,Nak...saat masih banyak keinginan kalian
yang belum bisa kami penuhi. Maafkan kami ya,Nak...saat kalian harus ikut
menerima getah kekesalan kami saat kami berada pada situasi yang tidak
mengenakkan. Maafkan kami, ya,Nak.....saat kami cemas berlebihan memikirkan
kalian. Maafkan kami, ya, Nak...saat kami memaksa kalian untuk segera bangkit
dari dunia mimpi saat panggilan adzan subuh berkumandang, mematikan TV dengan
paksa kala panggilan shalat maghrib berkumandang. Maafkan kami,ya,Nak....saat
kami harus memaksa kalian untuk mengajak mencoba memanfaatkan waktu dengan
baik, bukan hanya bergulat dengan gadget saja. Maafkan kami, ya,Nak.......saat
kami harus berkali-kali berpesan agar pandai-pandai menjaga diri. Maafkan kami,
ya,Nak.....saat kami selalu dan selalu menyuruh dengan suara keras agar kalian
ikut kerja bakti di dalam rumah : belajar menyapu, belajar mengepel, belajar
mengembalikan baju yang telah disetlika, belajar mencuci piring, belajar peka
pada lingkungan, belajar........belajar ...........dan belajar............ Ah,
ternyata ada banyak sekali kata maaf yang harus kami pinta darimu,
anak-anakku... Beri kami sejumput maaf,ya,nak.....
Love,
Peluk
cinta untuk anak-anak
Sabtu, 26 April 2014
ANEKDOT GURU
Seorang guru yang sudah senior
dinanti kehadirannya oleh teman-temannya. Bukan untuk dimintai petuah, nasehat
ataupun sarannya. Namun untuk ditagih nilai sisipannya. “Pak, kami mohon agar
segera mengumpulkan nilai, ya, mau dimasukkan untuk sisipan hari Senin.” Dengan
gaya santai beliaupun menjawab,”Oya...sudah ada,kok,jeng,tinggal ambil di ruang
sebelah.” Tangan sang guru menunjuk ke tempat tertentu. Karena sungkan untuk
menagih paksa dan mencoba untuk berprasangka baik kepada beliau, maka si Ajeng
pun hanya menjawab dengan senyum dan mengangguk,”Makasih untuk kerjasamanya
ya,pak...
Dua jam
kemudian, Ajeng bertemu lagi dengan sang guru senior ini di ruang TU. Baru bertatap
mata, secara spontan sang guru berujar,”Jeng, sudah saya titipkan ke nak Tri.” Dengan hormat, Ajeng
mengatakan,”Siiiip....makasih,pak.” Setelah itu guru senior berlalu dari ruang
TU, dan masuklah salah satu guru lain yang sedang menanti nilai guru sepuh itu,
diiringi Tri. Lalu Ajeng menyampaikan pesan guru tersebut,”Bu, nilai yang
sampeyan tunggu-tunggu dari mbah guru sudah dititipkan ke mbak Tri. Betul
ya,mbak Tri?” Dengan mimik polos, Tri menjawab,” Nilai apa? Saya ndak dititipi
nilai sisipan semester ini. Tapi kalau sampeyan butuh nilai beliau pada
semester kemarin, memang masih saya simpan.....” Glodhak....koplak......ealah......jan....jan.....ternyata
tingkah sang guru senior dari tahun ke tahun selalu tetap : membuat penilaian
sekali saja cukup dan dapat dipakai selamanya!!! Kadang-kadang kita harus siap
mental, saat ingin tetap berhusnudzon pada orang lain, ternyata kenyataan
memberi jawaban lain. Yo ra keno nesu, ayo
ngguyu wae : hahahahaha.....................
Langganan:
Postingan (Atom)