Rabu, 14 September 2016



CINTAKU DI XII IPA-1 SMANSAGA

Anak-anakku kelas XII IPA-1, bersama kalian adalah anugerah terindah buat ibu. Banyak hal yang bisa ibu pelajari tentang kalian. Keceriaan kalian adalah sumber kekuatan bagi ibu. Keingintahuan kalian adalah sumber motivasi bagi ibu, agar ibu mau selalu meningkatkan wawasan keilmuan ibu, agar ibu mau selalu berfikir tentang fenomena-fenomena yang terjadi di sekeliling kita, lalu mengkaitkannya dengan ilmu biologi. Ibu paham,nak,ilmu biologi tak serumit ilmu matematika, tak seindah ilmu bahasa, tak sekaku ilmu kimia, tak seruntut ilmu sejarah dan tak semenarik ilmu seni budaya. Bahkan mungkin biologi adalah ilmu termudah di antara ilmu eksakta yang lain, tapi karena ibu terlalu sering hadir, maka kadang kalian mengharapkan ibu tak hadir dan tak meninggalkan tugas. Hehehe...itu tak mungkin,nak,karena bagi ibu setiap ada jam mengajar biologi, adalah amanah yang harus dijalankan, agar waktu kalian tidak terbuang sia-sia saat jam kosong. Kalian memiliki modal besar yang tak ternilai harganya : KECERDASAN. Maka ijinkan ibu untuk sedikit mengukir kecerdasan itu, sehingga kalian dapat menerapkan ilmu biologi kalian dalam kehidupan kini maupun yang akan datang. Masa SMA itu hanya sesaat, maka ukirlah masa itu dengan kenangan – kenangan indah yang bermanfaat, agar saat kalian harus bermetamorfosis kelak, akan ibu dapati kalian laksana kupu-kupu yang selalu memberi kontribusi bagi alam. Salam biologi.....
 ==================================================
Arsip lama, saat coba ikut lomba menulis ttg cinta....

                                                                                      

Senin, 16 Juni 2014



SAAT IBU MENULIS
            Pagi ini tidak begitu cerah. Mendung bergelayut manja di langit, seperti manjanya Adit yang tengah mencium pipi kanan kiriku sambil berpamitan hendak ke sekolah. Lain lagi dengan Fia, setelah mengucapkan kata sakti warisan leluhur : “Bu, mbak Fia mau sekolah, nyuwun tambah pangestu” dia masih sempat mengajak menyanyikan lagu Cantik-nya Kahitna dengan bait terakhir : “Sungguh aku sayang kamu...” tak lupa ciuman sayangnya melayang hangat di pipi kanan kiriku.
            Hm...menatap anak-anak pergi sekolah dengan rasa riang, membuatku menangis. Sungguh, ini adalah anugerah terindah dari Allah dalam kehidupan kami berdua selama berumahtangga. Melihat mereka tumbuh dengan sehat, sempurna, mandiri, nurut pada orang tua, menegakkan nilai-nilai agama. Berada di tengah-tengah kalian adalah suatu kebanggaan tersendiri buat kami. Maafkan kami ya,Nak...saat masih banyak keinginan kalian yang belum bisa kami penuhi. Maafkan kami ya,Nak...saat kalian harus ikut menerima getah kekesalan kami saat kami berada pada situasi yang tidak mengenakkan. Maafkan kami, ya,Nak.....saat kami cemas berlebihan memikirkan kalian. Maafkan kami, ya, Nak...saat kami memaksa kalian untuk segera bangkit dari dunia mimpi saat panggilan adzan subuh berkumandang, mematikan TV dengan paksa kala panggilan shalat maghrib berkumandang. Maafkan kami,ya,Nak....saat kami harus memaksa kalian untuk mengajak mencoba memanfaatkan waktu dengan baik, bukan hanya bergulat dengan gadget saja. Maafkan kami, ya,Nak.......saat kami harus berkali-kali berpesan agar pandai-pandai menjaga diri. Maafkan kami, ya,Nak.....saat kami selalu dan selalu menyuruh dengan suara keras agar kalian ikut kerja bakti di dalam rumah : belajar menyapu, belajar mengepel, belajar mengembalikan baju yang telah disetlika, belajar mencuci piring, belajar peka pada lingkungan, belajar........belajar ...........dan belajar............ Ah, ternyata ada banyak sekali kata maaf yang harus kami pinta darimu, anak-anakku... Beri kami sejumput maaf,ya,nak.....

      Love,
      Peluk cinta untuk anak-anak                               

Sabtu, 26 April 2014




 ANEKDOT GURU

Seorang guru yang sudah senior dinanti kehadirannya oleh teman-temannya. Bukan untuk dimintai petuah, nasehat ataupun sarannya. Namun untuk ditagih nilai sisipannya. “Pak, kami mohon agar segera mengumpulkan nilai, ya, mau dimasukkan untuk sisipan hari Senin.” Dengan gaya santai beliaupun menjawab,”Oya...sudah ada,kok,jeng,tinggal ambil di ruang sebelah.” Tangan sang guru menunjuk ke tempat tertentu. Karena sungkan untuk menagih paksa dan mencoba untuk berprasangka baik kepada beliau, maka si Ajeng pun hanya menjawab dengan senyum dan mengangguk,”Makasih untuk kerjasamanya ya,pak...
                Dua jam kemudian, Ajeng bertemu lagi dengan sang guru senior ini di ruang TU. Baru bertatap mata, secara spontan sang guru berujar,”Jeng, sudah saya  titipkan ke nak Tri.” Dengan hormat, Ajeng mengatakan,”Siiiip....makasih,pak.” Setelah itu guru senior berlalu dari ruang TU, dan masuklah salah satu guru lain yang sedang menanti nilai guru sepuh itu, diiringi Tri. Lalu Ajeng menyampaikan pesan guru tersebut,”Bu, nilai yang sampeyan tunggu-tunggu dari mbah guru sudah dititipkan ke mbak Tri. Betul ya,mbak Tri?” Dengan mimik polos, Tri menjawab,” Nilai apa? Saya ndak dititipi nilai sisipan semester ini. Tapi kalau sampeyan butuh nilai beliau pada semester kemarin, memang masih saya simpan.....” Glodhak....koplak......ealah......jan....jan.....ternyata tingkah sang guru senior dari tahun ke tahun selalu tetap : membuat penilaian sekali saja cukup dan dapat dipakai selamanya!!! Kadang-kadang kita harus siap mental, saat ingin tetap berhusnudzon pada orang lain, ternyata kenyataan memberi jawaban lain. Yo ra keno nesu,  ayo ngguyu wae : hahahahaha.....................